Selasa, 19 Februari 2008

indahnya persahabatan



Setiap kita tentunya punya sahabat. Beragam kesan dan makna menghiasi lembaran ceritanya. Defenisi sahabat, biasanya selalu tertuju pada orang-orang yang kita rutin dan paling sering berinteraksi dengan mereka. Tanpa kita sadari, sesungguhnya mereka pun turut mewarnai kehidupan kita. Bahkan, sahabat merupakan bagian yang melekat dari apa yang menjadi faktor pembentuk karakter kita yang khas. Kita adalah apa yang menjadi kebiasaan diri kita. Dan pastinya, kebiasan perilaku yang terjalin di dalam interaksi persahabatan ini, lambat laun, juga akan mempengaruhi karakter yang akan terbina.Persahabatan itu indah. Ini lah jargon yang acapkali kita dengar. Mungkin, kita juga turut merasakan. Anda pun mungkin sepakat bahwa persahabatan yang terjalin indah akan membawa berjuta kesan dan pesan bertabuh makna. Permasalahan kemudian, ternyata masih ada juga orang yang justru mendulang petaka oleh persahabatan itu. Lantas, persahabatan yang bagaimana kah yang dapat merajut sulaman indah kasih sayang persaudaran itu? Bagaimana memulainya?

Barangkali kita masih sering melupakan apa sebenarnya yang menjadi pijakan awal dalam membangun sebuah persahabatan itu. Persahabatan yang saya maksud di sini adalah persahabatan yang di dalamnya akan terbangun suasana kondusif yang dapat menyelamatkan dan menyokong tumbuh suburnya potensi kebaikan yang ada di dalam diri manusia.

Celakanya, dalam membangun persahabatan ini, kebanyakan pula orang berpijakan pada asumsi bahwa indahnya persaudaraan otomatis akan mencuat ketika semakin banyak orang yang berkenalan dengan kita. Benarkah demikian? Buktinya, banyaknya kenalan ternyata tidak juga dapat menjamin bahwa perbaikan akhlaq dan pemahaman Dien yang kita damba akan mewujud.

Oleh karena itu, orang-orang yang berhati tulus lah yang semestinya kita bidik dalam persahabatan yang akan dibina. Sebab, orang-orang yang tulus memiliki karakter yang lurus dan tak segan menebar nilai kasih sayang kepada sekitarnya. Tidak menjatuhkan, menjebak apalagi menyesatkan ke jurang petaka dan maksiat. Sahabat seperti ini sangat baik dalam menghiasi pembentukan kepribadian kita.

Sebagaimana Rasulullah saw. pernah bersabda: “Peganglah oleh kalian saudara-saudara yang tulus, karena sesungguhnya mereka adalah perhiasan saat senang dan pelindung saat susah”. Hadis Rasulullah saw. ini telah begitu jelas mengkhabarkan bahwa kesungguhan kita dalam menjalin persahabatan dengan orang-orang yang tulus tadi, akan dapat melahirkan kebahagian tersendiri dalam hidup kita; baik itu kala senang maupun disaat duka.

Namun demikian, ada satu hal yang tak boleh luput dari pemahaman kita agar persahabatan nantinya lebih bermakna. Persahabatan harus lah terbingkai dalam suasana dakwah; yang gerak langkahnya selalu terangkai menuju cita dan ridho dari-Nya. Ini wajib dan sangat perlu agar kita semakin santun dan bijak di dalam kehidupan.

Wahai kawan, betapa indahnya sebuah persahabatan ketika di dalamnya ”nasehat” telah menjadi inti sekaligus rahasia nafasnya. Persahabatan yang bagaimana? Itu lah persahabatan sebagaimana persaudaraan yang terjalin antara kaum Anshar dan Muhajirin. Itu lah ukhuwah yang berdiri di atas pondasi aqidah yang menebar nilai kearifan dan kasih sayang. Persahabatan seperti ini, tentunya akan selalu kita harapkan; karena sangat kondusif bagi peningkatan iman; khususnya dalam menguatkan dan mengingatkan diri kita tuk selalu teguh melaksanakan perintah Allah dan istiqomah dalam meretas gerak dakwah di jalan-Nya.

Tentang memberi nasehat ini, Nabi saw. pernah bersabada: “Jika seseorang dari kalian memiliki nasehat yang perlu untuk disampaikan kepada saudaranya, hendaklah dia menyampaikannya.” (HR. Ibnu ’Adi). Semoga ini menambah motivasi kita tuk selalu saling memberi nasehat kepada saudara-saudara yang lain.

Disamping memberi nasehat, saling tolong menolong merupakan faktor utama yang dapat mempererat jalinan indah sebuah persahabatan. Di dalamnya akan tumbuh rasa simpati dan empati yang akan membuahkan manisnya ukhuwah dan pengorbanan.

Tidak ada komentar: